Mengagungkan Syiar-Syiar Islam Tanda Ketakwaan
Bertakwalah kepada Allah wahai umat Islam dan agungkan Rab kalian! agungkan rasul dan agama-Nya. Cintailah orang-orang mukmin, loyal-lah kepada mereka. Jauhi mencela, menghina mereka dan menghina agama mereka. Menghina mereka sama saja menghina Allah dan Rasul-Nya. [Redaksi KhotbahJumat.com]
***
Mengagungkan Syi’ar-Syi’ar Islam Tanda Ketakwaan
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:
Ayyuhannas, ittaqullaha haqqotu qotihi
Sesungguhnya seorang mukmin sejati, dia akan mengagungkan Allah dalam hatinya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, mengagungkan nama-nama dan sifat-Nya. Dengan begitu keimanannya kepada Allah merupakan iman sejati. Selain itu, dia juga mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengimani bahwa beliau adalah hamba dan utusan-Nya, dimana Allah menutup risalah dengan mengutus beliau dan benar-benar mengimani bahwa beliau adalah tauladan bagi setiap muslim. Allah berfirman,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dia juga mengagungkan agama Allah, mencintai syariat ini dan loyal kepadanya. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna dan meridhai Islam sebagaimana Allah telah meridhainya menjadi agama kita,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Maka hendaknya seorang mukmin itu bersikap dengan sikap di atas.
Namun, sangat disayangkan ada sebagian orang yang mengaku muslim justru mengolok-olok Islam dan pemeluknya. Entah main-main atau senagaja, naudzubillah. Mereka menghina Allah, sunah rasul-Nya, mengolok-olok keimanan, syariat Allah, perintah-perintah dan larangan-Nya. Kali lain kita melihat sebagian mereka melontarkan ejekan kepada Sang Pencipta Jalla wa ‘Ala, padahal ejekan ini mengandung celaan kepada-Nya, mereka juga melontarkan ejekan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal ini mengandung ejekan kepada sunah beliau, orang-orang yang mendengarkannya, dan yang mengikuti sunah itu. Kali lain mereka menghina perintah-perintah syariat dan larangan-Nya. Mereka sama sekali tidak mengacuhkan syariat ini. Semua ini menandakan bahwa di hati mereka bercokol kemunafikan dan penyakit. Sebab jika mereka itu mukmin sejati niscaya akan mengagungkan Allah dengan sebagaimana mestinya,
وَمَاقَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan semestinya.” (QS. Al-An’am: 91)
Siapa yang mengagungkan Allah dengan semestinya maka dialah mukmin. Dia mengagungkan perintah dan larangan-Nya. Secara kontinyu mengingat Allah, memuji-Nya dan menyucikan-Nya dari hal-hal yang tidak pantas bagi-Nya. Mukmin sejati juga mengagungkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sunahnya, perintah dan larangan beliau. Dia juga menghormati mukmin yang lain dan loyal kepada mereka, mengagungkan syariat ini, mengamalkan dan meyakini akan kesempurnaan dan kelengkapannya.
Penghinaan kepada Islam adalah penyakit hati, tanda bahwa hatinya jelek dan imannya lenyap. Jika di hatinya bersemayam keimanan tentu hatinya bersih dari sifat ini. Penghinaan kepada Islam dijadikan oleh Allah sebagai tanda kemunafikan.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْإِلىَ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ {14} اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
{15}
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanya berolok-olok.’ Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 14-15)
Dalam ayat ini, Allah mengkhabarkan keadaan orang-orang munafik yaitu jika mereka bertemu dengna orang-orang mukmin mereka menampakkan keimanan, bersikap mengikuti sunah, memuji orang-orang mukmin, dan ikut meniti jalan mereka. Namun, ketika mereka berkumpul dengan kelompoknya mereka mengolok-olok kaum mukmin. Inilah keadaan kaum munafik. Allah memperingatkan kaum mukmin agar tidak melontarkan omongan yang jelek yang dapat mengeluarkan seseorang dari Agama Islam. Sebagaimana orang-orang munafik yang mencela Allah dan rasul-Nya.
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ {65} لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
{66}
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah: 65-66)
Jika kita tanyakan kepada orang-orang munafik itu, tentang olok-olok mereka niscaya mereka akan menjawab kami hanya main-main. Tetapi Allah membantah (artinya), “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” Allah menetapkan keimanan mereka lantas memvonis kafir mereka lantaran penghinaan ini.
Bertakwalah kepada Allah wahai umat Islam dan agungkan Rab kalian! agungkan rasul dan agama-Nya. Cintailah orang-orang mukmin, loyal-lah kepada mereka. Jauhi mencela, menghina mereka dan menghina agama mereka. Menghina mereka sama saja menghina Allah dan Rasul-Nya.
Sebagian manusia telah melakukan penghinaan ini, padahal sifat ini menandakan lenyapnya keimanan dalam hati. Ini adalah bentuk kekafiran dan kesesatan. Allah mengisahkan orang-orang Yahudi dengan firman-Nya,
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَآءُ
“Orang-orang Yahudi berkata, ‘Tangan Allah terbelenggu,’ sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka.” (QS. Al-Maidah: 64)
لَّقَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَآءُ سَنَكْتُبُ مَاقَالُوا وَقَتْلَهُمُ اْلأَنبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.’ Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), ‘Rasakan olehmu adzab yang membakar’.” (QS. Ali Imron: 181)
Inilah keadaan orang Yahudi, mereka menyifati Allah sebagai fakir, tangan-Nya terbelenggu. Maha Suci Allah dari sifat-sifat tersebut. Orang-orang yang menghina Allah sama seperti orang-orang Yahudi tadi.
Orang mukmin juga mengagungkan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meyakini bahwa sunah tersebut adalah sempurna. Sebab beliau tidak mengucapkan sesuatu kecuali kebenaran. Allah berfirman,
وَمَايَنطِقُ عَنِ الْهَوَى {3} إِنْ هُوَ إِلاَّوَحْيٌ يُوحَى
{4}
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Allquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ingatlah, diturunkan kepadaku Alquran dan yang semisalnya (sunah)”. Sunah beliau adalah wahyu yang diturunkan kepadanya. Oleh karena itu, mengagungkan sunah termasuk mengagungkan Allah dan mencintai sunah termasuk mencintai Allah. Taat kepada beliau berarti taat kepada Allah, firman-Nya,
مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ
“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (Q.S. An-Nisa: 80)
وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S. Al-Hasyr: 7)
Oleh karena itu, barangsiapa yang menghina sunah, mencelanya atau meyakini bahwa sunah itu kurang lengkap atau sunah itu tradisi kuno yang tidak relevan lagi, ini menunjukkan rusaknya iman. Hendaknya setiap orang muslim bertakwa kepada Rab-nya dan hendaknya mengetahui bahwa sunah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah petunjuk bagi semua umatnya sampai Allah mewariskan seluruh isi bumi ini kepada mereka dan Allah adalah Yang Mewariskan dengan cara yang paling baik. Allah berfirman,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi oarng yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Umat ini tidak akan menjadi baik kecuali mengamalkan apa yang telah membuat baik umat terdahulu. Setiap sunah yang kita dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka terima dan amalkan sesuai kemampuan kita. Diiringi pula dengan hati yang mantap dan tawadhu’. Karena hal ini menunjukkan keimanan sejati. Adapun orang yang menghina, mencela, mengolok-olok sunah, dan tidak mengacuhkan berarti ada kenifakan di hatinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian wajib berpegang dengan sunahku dan sunah Khulafa’ Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku.”
Sebagian orang mengucapkan suatu perkataan yang dianggap sepele dan tidak memperdulikan akibatnhya, padahal ucapan tersebut terkadang menghina sunah. Jika kita sebutkan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan adab-adab beliau, mereka serta-merta menolak, bisa dengan cara menghina, melecehkan atau meremehkannya, naudzubillah. Jika kita katakan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan bahwa memelihara jenggot adalah wajib, mereka malah menghina bahkan seringkali mengolok-olok. Orang-orang ini tidak mengetahui bahwa sikap mereka itu sama saja dengan menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika dia mencukur jenggotnya berarti telah melakukan keharaman, namun jika mengolok-olok maka dosanya lebih besar. Jika kita sebutkan pula bahwa isbal (memanjangkan celana atau sarung melewati mata kaki) termasuk dosa besar, laki-laki haram memakai perhiasan emas, makan harus dengan tangan kanan mereka tidak mau menerima, engkau sebutkan sunah-sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menolak tanpa mengacuhkan sedikitpun, na’udzubillah. Ini menandakan bahwa hati mereka sakit.
Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat marah kepada orang yang menolak sunah beliau, walaupun orang tersebut menguraikan sekian banyak alasan. Abdullah bin Umar menyebutkan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi bersabda, “Jika istri salah seorang dari kalian meminta izin pergi ke masjid maka jangan dilarang.” Tetapi salah seorang anak Ibnu Umar mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan melarangnya.” (yang membawakan kisah ini mengatakan) “Serta merta Ibnu Umar mencela anaknya dengan celaan yang keras yang belum pernah aku dengar,” Ibnu Umar berkata, “Aku kabarkan hadis Rasulullah lalu engkau katakan sungguh aku benar-benar akan melarangnya!”
Perhatikan kisah ini, barangkali kecemburuan anak Ibnu Umar tadi begitu besar sehingga dia akan melarang istrinya pergi ke masjid. Tetapi sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama untuk diikuti, didengar, dan ditaati. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menghina dan melecehkan orang yang mengikuti sunah, mengamalkan, dan menegakkannya?! Betapa banyak penulis yang menorehkan kata-kata berisi ejekan dan penghinaan kepada Islam, perintah-perintah, dan larangannya. Seorang muslim wajib bertakwa kepada Allah dan intropeksi kepada dirinya sebelum mengucapkan perkataan yang tidak diampuni. Dalam hadis disebutkan, seseorang mengucapkan perkataan yang dia sangka tidak berakibat apa-apa, padahal omongan itu membuat Allah murka, maka Allah akan menetapkan kemurkaan-Nya sampai hari kiamat.
Sementara yang lain menghina jilbab wanita muslimah, dengan suatu celaan yang menunjukkan bahwa hati mereka sakit. Jika disebutkan tentang tentang ta’addud (beristri lebih dari satu) mereka melecehkan syariat, naudzubillah. Keimanan tidak menancap di hati mereka. Jika kita sebutkan hukum rajam bagi pezina yang pernah menikah, potong tangan bagi pencuri, cambuk bagi peminum miras, dan hukum Islam lainnya, mereka menghina dan mengatakan, kamu telah menghina manusia dan tidak menghargai hak asasi manusia. Sikap seperti ini menunjukkan di hati mereka bersemayam penyakit kemunafikan. Perlu diketahui bahwa menghina orang-orang beriman adalah sifat musuh para rasul sejak dahulu hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah mengkisahkan kaum Nuh,
وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلأٌ مِّن قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ قَالَ إِن تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ
“Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: ‘Jika mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)’.” (QS. Hud: 38)
فَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَانَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَانَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ
“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja.” (Q.S. Hud: 27)
Bertakwalah kalian kepada Allah dan hati-hati jangan sampai mengucapkan perkataan yang bisa mencelakakan diri kita di akhirat kelak. Para ulama menghukumi kafir terhadap orang-orang yang menghina Islam dan sunah Nabi. Mereka mengatakan, “Menghina syariat Islam, perintah, dan larangannya adalah kekufuran, dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam, sebab penghinaan ini menunjukkan tiadanya iman dan keyakinan di dalam hati. Kalau dia seorang mukmin tentunya akan mengagungkan Allah.”
Allah berfirman,
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya.” (QS. Al-Hajj: 30)
Agungkanlah apa-apa yang terhormat di sisi Allah, perintah dan larangan-Nya. Cintailah orang-orang beriman yang berpegang teguh dan komitmen dengna syariat Allah. Janganlah menghina mereka.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْـمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ الْـجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْـمُبِيْنَ وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Wahai hamba Allah, Allah berfirman dalam kitab-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا يَضْحَكُونَ {29} وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ {30} وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلىَ أَهْلِهِمُ انقَلَبُوا فَاكِهِينَ {31} وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَآؤُلآَءِ لَضّآلُّونَ
{32}
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mu’min, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang yang sesat’.” (Q.. Al-Muthafifin: 29-32)
Itulah sifat orang-orang munafik, jika melihat orang-orang yang komitmen dan mengamalkan sunah, mereka melecehkan, mencela, dan menghina. Mengapa? Apa cacat mereka? Menurut para penghina itu cacatnya adalah karena mereka komitmen kepada sunah, mencintai Allah, Rasul-Nya, orang-orang mukmin, dan syariat-Nya. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللهَ إِن كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ {57} وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّ يَعْقِلُونَ {58} قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنقِمُونَ مِنَّآإِلآَّأنْ ءَامَنَّا بِاللهِ وَمَآأُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَآأُنزِلَ مِن قَبْلُ وَأَنَّ أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ {59}
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal. Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?” (Q.S. Al-Maidah: 57-59)
Wahai kaum muslimin, camkan ayat di atas, “Janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan.” Maksudnya jika kalian mengajak mereka untuk shalat mereka mengejek dengan mengatakan, “Apa yang kalian dapat dari shalat ini, apa manfaat shalat, apa hasil yang bisa dipetik dari shalat?” Mereka juga terkadang menghina zakat, puasa, haji, menghina perintah-perintah, dan larangan Allah. Di hati mereka bersemayam penyakit kemunafikan. Merekalah orang-orang yang mengeluarkan apa yang terpendam di hati mereka berupa permusuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah berfirman,
وَلَوْ نَشَآءُ لأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُم بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ
“Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad: 30)
Ada seseorang makan dengan tangan kirinya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Laki-laki tadi menjawab, “Saya tidak bisa.” Jawab beliau, “Kamu tidak akan bisa makan dengan tangan kananmu selamanya,” Kesombonganlah yang menghalanginya untuk menerima perintah Nabi. Maka diceritakan bahwa laki-laki tersebut tidak mampu menyuap makanan dengan tangannya sebagai hukuman dari kesombongan berupa menolak sunah. Maka wajib bagi setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah, melaksanakan syariat ini, mengagungkan sunah Nabi, mengamalkannya, dan menasihati orang yang menyelisihinya. Sebab menghina agama ini lalu mati sebelum bertaubat dikhawatirkan akan tertimpa siksa. Kita memohon kepada Allah keteguhan dalam menjalani kebenaran.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَـهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ … اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 07 Tahun ke-3 Shafar 1425 H
Download Naskah Materi Khutbah Jum’at
[download id=”112″]
Info Naskah Khutbah Jum’at
Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 07 Tahun ke-3 Shafar 1425 H
Artikel terkait: takwa, mukmin.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial
- Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
Artikel asli: https://khotbahjumat.com/1102-mengagungkan-syiar-syiar-islam-tanda-ketakwaan.html